Jumat, 08 November 2013

SOSOK DIBALIK KEBERHASILAN INDRA SJAFRI SEBAGAI PELATIH




SOSOK DIBALIK KEBERHASILAN INDRA SJAFRI
SEBAGAI PELATIH

Nasionalisme INDRA SJAFRIE saat menyanyikan lagu INDONESIA RAYA
Tentu kita sudah mengetahui siapa pelatih indra sjafrie, ya benar beliau adalah salah satu pelatih sepak bola yang sekarang hangat dibicarakan berkat keberhasilannya menangani tim hasil pembinaanya  yang tegabung dari berbagai individu-individu yang berbeda dari sabang sampai merauke yang direkrut melalui system seleksi yang cukup ketat terkait skiil, bakat alam, serta kemampuan dalam mengolah bola dan yang terpenting adalah bagaimana pemain tersebut mampu menerapkan dan melaksanakan strategi apa yang telah pelatih indra sampaikan dalam setiap pertandingan penting yang mereka gelar.

Terlepas dari hal itu kita telah sama-sama melihat serta menyaksikan bagaimana keberhasilan tim yang dibentuk oleh pelatih indra dapat berprestasi dan membanggakan bangsa Indonesia melalui gelar juara yang dipersembahkan pada event piala AFF 2013 lalu, serta moment lolosnya timnas garuda muda ini ke pentas piala AFC U-19 setelah hampir beberapa dekade Indonesia puasa gelar dicabang olahraga sepakbola, yang faktanya olahraga ini memang sebagai salah satu cabang olahraga yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. 

Setelah kita sedikit membahas tentang keberhasilan TIMNAS U-19  yang dilatih oleh Indra sjafrie, maka kita patut pula mengapresiasi keberhasilan tim ini sebagai salah satu keberhasilan tim khususnya tim pemain juga tim official dan juga untuk bangsa Indonesia umumnya. Lalu siapa nama-nama official yang menjadikan timnas u-19 dapat berprestasi adalah tentu Pelatih Indra Sjafri (2 Februari 1963), Asisten pelatih Eko Purjianto (1 Februari 1976), Pelatih fisik  Nursaelan (13 November 1964), Pelatih kiper Jarot Supriadi (22 Agustus 1964), Pelatih mental Guntur Cahyo Utomo (19 September 1980), Perlengkapan Muhni (13 Februari 1985). Mungkin sudah banyak juga yang mengetahui tentang hal ini.

Namun kali ini saya akan membahas siapa nama dibalik keberhasilan indra sjafrie sebagai pelatih sepakbola, beliau adalah H. Suhatman Imam (Direktur Teknik Tim Semen Padang FC) dan Azwar Anas Datuak Rajo Sulaiman atau yang lebih biasa kita kenal sebagai Bapak Azwar Anas (Mantan Ketua Umum PSSI periode 1991-1999).

1.                   H. Suhatman Imam
 
Pelatih Suhatman Imam
Suhatman Imam dikenal sebagai salah satu pemain terbaik Indonesia di era akhir 70an. Ia memulai karir sepakbolanya di PSP Padang sebelum direkrut oleh PSSI untuk memperkuat Tim Nasional Indonesia Senior dalam pertandingan Pra-Olimpiade di Jakarta pada tahun 1975. Pada kejuaraan Asia tahun 1977 di Bangkok ia bahkan dipercaya menyandang ban kapten. Seperti pemain lainnya, ia-pun tak luput dari cidera, bahkan cidera yang dideritanya pada tahun 1978 itu sangat parah sehingga mengakhiri karirnya sebagai pemain sepakbola. 
Karena kepiawaiannya dalam sepakbola, ia pun didaulat oleh KONI Sumatera Barat untuk menjadi pelatih tim daerah itu dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 1981. Dalam ajang PON itu ia dianggap sukses melatih tim sepakbola Sumbar, sehingga ia mengalami kemudahan untuk masuk dan bekerja di Bank Dagang Negara (BDN) di Padang.

Pada tahun 1985, Suhatman kembali diminta melatih. Kali ini P.S. Semen Padang menginginkan sentuhan tangan dinginnya untuk memoles klub itu dalam menghadapi kompetisi di liga Indonesia saat itu yaitu Galatama. Pada 1992 ia membawa Semen Padang menjuarai Piala Indonesia dengan menekuk Arema Malang. Karier kepelatihan Suhatman tidak berhenti sampai disitu, ia-pun kemudian di angkat menjadi asisten pelatih PSSI senior, Ivan Toplak yang berasal dari Serbia. Bahkan diawal tahun 90an ia dipercaya melatih tim Primavera yang dibina dalam kompetisi pemain muda di Italia dan hasilnya banyak melahirkan pemain berkualitas, seperti Kurniawan Dwi Yulianto, Kurnia Sandy, Yeyen Tumena, Sugiantoro dan lain-lain. 

Pada tahun 2010 klub Semen Padang pun memintanya kembali berperan, kali ini untuk menjadi penasihat teknik bagi pelatih Nil Maizar yang juga adalah mantan muridnya. Selanjutnya iapun diangkat menjadi direktur teknik. Setelah Nil Maizar direkrut PSSI menjadi pelatih timnas senior, Suhatman-pun menggantikannya menjadi pelatih kepala. Pada periode ini ia berhasil membawa Semen Padang menjadi juara LPI dan masuk final ke Piala Indonesia 2011/2012.

Beliaulah yang mengajarkan kepada seorang indra sjafrie ilmu kepelatihan juga bagaimana menjadi seorang pelatih yang professional, pada saat itu indra masih menjadi ass. Pelatih suhatman imam disebuah klub di padang, dan karena berkat saran motivasi suhatman iman kepada indra untuk serius menekuni profesi yang harus dipilih indra sebagai seorang pelatih sepakbola. Yang sebenarnya pada saat itu indra dihadapkan kepada dua pilihan yang sangat sulit yaitu menjadi seorang pegawai kantor ataukah meneruskan karir kepelatihanya sebab melihat bakat indra sebagai seorang pelatih yang sangat menonjol.

2.       Azwar Anas
Ir. Azwar Anas Datuak Rajo Sulaiman

Beliau lahir di Padang, Sumatera Barat, 2 Agustus 1933; umur 80 tahun,  Azwar Anas menjabat ketua umum PSSI sejak tahun 1991 hingga 1998. Pada era kepelatihan Romano Mattè (1993-1995) peringkat Indonesia mengalami penurunan, namun setelahnya pada kepelatihan Danurwindo, Henk Wullems dan Rusdy Bahalwan, peringkat Indonesia mengalami peningkatan hingga pada September 1998 mencapai puncak tertinggi pada peringkat ke 76. Selain faktor pelatih, faktor lain seperti kompetisi dan pembinaan usia muda turut mempengaruhi peningkatan peringkat ini. Akhir 1994, penyatuan kompetisi Perserikatan dan Galatama melahirkan Liga Indonesia yang membawa hasil positif pada perkembangan timnas Indonesia yang terbukti dengan peningkatan peringkat FIFA. Adanya pemain-pemain asing dan pertandingan yang lebih banyak disiarkan di televisi, membuat pemain lokal lebih berkembang dan mempermudah pelatih dalam menentukan pemain-pemain terbaik untuk memperkuat timnas. Program Primavera (1993) dan Baretti (1995-96), meski sebagian orang berpendapat sebagai program yang gagal, namun tetap berkontribusi bagi timnas dengan menyumbangkan alumninya menjadi bagian dari timnas. Meski peringkat meningkat, namun tak ada satupun piala yang berhasil diraih pada masa ini. Dan sayangnya lagi, skandal sepak bola gajah di piala AFF 1998 membuat peningkatan peringkat Indonesia harus terhenti dan malah sebaliknya membawa kemunduran serta memaksa Azwar Anas mundur dari kursi ketua umum PSSI.

Sebagai seseorang yang sama-sama menjadi putra daerah padang Sumatra barat Beliaulah yang mengajarkan kepada seorang indra sjafrie bagaimana menjadi seorang pribadi yang pantang menyerah menghadapi segala hal, beliau menitipkan sebuah kertas yang bertuliskan kaligrafi ayat suci alquran. Indra mengatakan kertas dengan kaligrafi arab yang disimpannya sejak 1985 itu merupakan pemberian sesepuh olahraga Sumbar yakni Azwar Anas.
 “Selalu saya simpan karena ini saya anggap pemberian dari guru saya,” kata Indra.

Azwar Anas, yang ikut menemani Indra Sjafri, mengatakan tulisan Arab pada kertas tersebut merupakan kumpulan doa-doa kesuksesan. Si pemegang kertas harus membacanya dan memohon doa pada Allah SWT. Bagi yang mengamalkan dengan ibadah yang kuat, tujuannya insyaAllah bisa tercapai (ungkap azwar anas)

Nama – nama diatas adalah sosok motivator dan sekaligus bapak juga mentor bagi pelatih indra sjafrie dimana berkat beliau-beliau lah indra sjafrie yang dahulu bukan siapa-siapa yang belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia berubah menjadi salah satu nama pelatih yang sukses di persepakbolaan Indonesia.

KESIMPULAN :
‘’Dibalik keberhasilan yang kita capai pasti ada seseorang yang berperan nyata untuk  membantu mewujudkan keberhasilan itu, yang pada dasarnya kita semua diciptakan sebagai makhluk social yang hendaknya wajib mengamalkan semua ilmu apapun yang kita punya kepada yang membutuhkan’’.

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar